0859 3384 3322

Akal, Etika, dan MasyarakatMenyelami Gagasan Sosial Ibnu Rusyd dalam Membentuk Kesadaran Kritis Publik

$rows[judul]

Opini publik: Akal, Etika, dan Masyarakat: Menyelami Gagasan Sosial Ibnu Rusyd dalam Membentuk Kesadaran Kritis Publik

Ditengah era informasi yang bergerak cepat dan opini publik yang sering dibentuk oleh emosi 

ketimbang nalar, warisan pemikiran Ibnu Rusyd menawarkan pelajaran berharga. 

sebagai filsuf Muslim terkemuka di era Andalusia (spanyol), Ibnu Rusyd tidak hanya dikenal karena komentarnya atas karya-karya Aristoteles, tetapi juga karena visinya tentang pentingnya akal dan etika dalam kehidupan sosial.

Ibnu Rusyd meyakini bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat yang menjadikan akal sebagai fondasi berpikir dan bertindak. Bagi beliau, agama dan filsafat bukanlah dua entitas yang bertentangan, melainkan saling menguatkan dalam membentuk tatanan sosial yang berkeadaban. 

Etika menjadi penghubung antara pengetahuan dan tindakan, anatara ide dan realitas sosial.

Sayangnya, kesadaran kritis dalam masyarakat hari ini sering kali dikesampingkan oleh gelombang 

populisme, hoax, dan polarisasi ideologi. Ruang publik dijejali oleh narasi yang mengunggah emosi, tetapi miskin rasionalitas. Dalam konteks ini, pemikiran Ibnu Rusyd Kembali relavan, Masyarakat harus Kembali kepada pendekatan rasional dan etis dalam membangun opini publik. 

Pendidikan yang menumbuhkan nalar, media yang menyuarakan etika, dan pemimpin yang berpikir filosofis adalah bagian dari mimpi Ibnu Rusyd tentang masyarakat yang tercerahkan. Ia tidak menawarkan dogma, tetapi membuka ruang bagi dialog antara akal dan iman, antara pengetahuan dan nilai.

Ibnu Rusyd memberi contoh bahwa menjadi pemikir bukan berarti menjauh dari masyarakat, melainkan menjadi bagian penting dalam membentuk peradaban. Ia menulis bukan hanya untuk para elit, tetapi untuk mempengaruhi arah moral dan intelektual masyarakat luas.

Sudah saatnya kita menggali Kembali teori sosial Ibnu Rusyd, bukan hanya sebagai nostalgia masa lalu, melainkan sebagai fondasi untuk membentuk publik yang cerdas, beretika, dan kritis di masa kini. Kita tidak butuh Filsafat dalam ruang gelap akademik, tetapi dalam terang ruang publik, tempat keputusan-keputusan sosial diambil dan arah bangsa ditentukan.

Jika opini publik terus dibentuk tanpa akal dan etika, maka masyarakat akan selalu menjadi korban dari kebisingan, bukan pelaku perubahan. Ibnu Rusyd mengajarkan kita bahwa berpikir adalah ibadah, dan berdialog secara rasional adalah jalan menuju keadilan sosial.

Penulis: Najla Nabila, Angga Rosidin, S.I.P., M.A.P., Zakaria Habib Al-Ra’zie, S.I.P., M.Sos. 

(Program Studi Administrasi Negara, Universitas Pamulang – Serang)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)